Umroh Ramadhan

Tepat dua tahun lalu karena umroh ramadhan akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di tanah suci setelah selama dua tahun lebih berusaha menjalankan aktivitas sebagai blogger, menulis berbagai artikel di blog FajranRachman.com untuk mengumpulkan uang agar bisa melaksanakan umroh di bulan ramadhan. Ya ini merupakan salah satu impian yang alhamdulillah dapat dicapai.

Tanah suci yang menjadi tempat ibadah umroh dan haji pasti menjadi impian banyak orang untuk bisa pergi ke sana karena ini menjadi salah ajaran di Agama Islam bagi yang mampu agar dapat melaksanakan ibadah Haji. Pengennya sih ibadah haji dulu namun karena masih belum mencukupi dana dan kalau mendaftar untuk Haji proses keberangkatannya lama nunggu antrian jadi saya memutuskan untuk melakukan umroh saja terlebih dahulu.

Mungkin pada bertanya kenapa memilih menjalankan umroh selama bulan ramadhan? Ada yang bertanya gitu nggak? Dari yang saya pahami, jika kita umroh bulan ramdhan maka nilainya sama dengan menjalankan ibadah haji dan ada juga yang mengatakan saat melakukan tawaf (mengelilingi ka’bah), orangnya lebih banyak dari umroh biasa dan hampir sebanding saat melakukan tawaf pada ibadah haji. Hal- hal inilah yang membuat saya jadi lebih memilih umroh selama bulan puasa.

Dari Medan ke Jeddah Menuju Madinah

Bandara Jeddah
Perjalanan dimulai dari Medan, Indonesia dengan menggunakan maskapai penerbangan yang ownernya orang malaysia akhirnya kami melakukan transit terlebih dahulu di Malaysia lebih kurang 1 jam kemudian dengan menggunakan maskapai yang sama namun dengan kapasitas lebih besar kami terbang lebih kurang selama 8 jam menuju bandara jeddah.

Jadwal yang diberikan oleh travel mengharuskan untuk mengunjungi madinah dahulu selama 3 hari baru kemudian menghabiskan sisa waktu bulan ramadhan di mekkah. Perjalanan dari jeddah ke madinah menggunakan bus yang telah disediakan pihak travel memakan waktu lebih kurang 6 jam dan selama di perjalanan yang bakal banyak dilihat seperti padang pasir dengan beberapa rumah serta mobil-mobil mewah yang dibiarkan berdebu.

Saya melihat hal tersebut merasa aneh apalagi saat membandingkannya dengan di medan, kalau ada orang letakin mobil sembarangan bisa jadi pemancing untuk penjahat mencuri mobil tersebut. Ini malah selama dalam perjalanan menuju madinah mobil-mobil mewah dibiarkan di luar dan berdebu, tidak tahu juga sih apakah masih bagus atau tidak mobil tersebut.

Mohon maaf sekali, sayangnya waktu itu saya belum memiliki hp yang canggih dengan kapasitas memori card yang banyak karena masih memakai bb dan tidak kepikiran untuk membawa kamera karena memang tidak ada niat untuk foto-foto pas berangkat dari medan namun setelah sampai disana ternyata sangat rugi jika tidak mengabadikan momen-momen selama berada di tanah suci.

Jadi kalau saya boleh saran, sebaiknya persiapkan hp ataupun kamera yang memiliki memori besar sehingga dapat mengambil banyak gambar selama berada di madinah maupun mekkah. Bagi yang lebih senang memakai kamera, untuk kapasitas 16 gb sudah sangat memadai dan harga micro sd 16 gb juga sangat terjangkau jadi dengan begitu tidak akan mengalami hal yang sama seperti saya karena takut kehabisan memori penyimpanan jadinya memilih-milih mana yang penting untuk di foto bahkan diri sendiri aja tidak ada saya ambil fotonya hehehe.

Madinah kalau saya bilang orang-orangnya sangat ramah dan yang membuat kita berdecak kagum adalah saat para pedagang sangat fasih berbahasa Indonesia dan karena itu oleh pihak travel biasanya jama’ah lebih disarankan apabila ingin beli oleh-oleh sebaiknya di madinah. Selain harganya lebih murah juga hampir semua pedagang lancar bahasa indonesia pasti akan sangat memudahkan saat bertransaksi.

Buka Puasa di Masjid Nabawi

Bagi yang baru pertama sekali melaksanakan umroh ramadhan seperti saya bakal merasa aneh melihat tingkah laku para warga madinah dimana setelah abis shalat ashar, setiap shaf-shat yang ada mulai diletakkan galon-galon kecil yang isinya air zam-zam dan bukan itu saja yang membuat saya berdecak kagum lebih kurang 1 jam sebelum buka puasa bakal ada penduduk asli yang membawa banyak makanan untuk dibagi-bagikan kepada jama’ah yang akan berbuka puasa dan ini bukan hanya satu dua orang saja yang melakukan hal tersebut bahkan mereka pada berlomba untuk menarik kita agar mau duduk bersama dengan mereka dan menyantap hidangan yang mereka sajikan. Saat menuliskan ini, saya jadi ingin merasakan kembali kehangatan tersebut dan berharap semoga tahun ini bisa kembali lagi ke sana.

Ini ada satu foto yang bisa saya abadikan momen persiapan buka puasa di Madinah, mohon maaf tidak bisa ambil banyak-banyak foto karena alasan yang sudah dijelaskan di atas tadi (rada nyesal sih, tapi mau bilang apa waktu itu belum ada hp yang geser-geser sih heheh).

Umroh Ramadhan Buka Puasa di Masjid Nabawi
Buka Puasa di Madinah
Setelah tiga hari di madinah, baru lah kami berangkat menuju mekkah dengan menggunakan bus yang sama dan memakan waktu perjalanan yang lebih kurang sama juga. Berhubung kami akan langsung melakukan tawaf saat sampai di mekkah maka dari madinah para jama’ah diminta untuk menggunakan pakaian ihram dan memasang niat untuk umroh.

Ada sebuah masjid bernama Masjid Bir A’li yang menjadi tempat miqat di madinah sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW bahwa bagi masyarakat madinah apabila ingin melaksanakan umroh maka memasang niat di masjid ini dan kemudia memakai pakaian ihram.

Kami selama berada di dalam bus menuju mekkah dianjurkan untuk memperbanyak bacaan talbiyah Labbaikallaahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbarika, innal hamda wan-ni’mata laka wal-mulka laa syariika lakasyarikala ketimbang berbicara ataupun bengong.

Menghabiskan Puasa Ramadhan di Makkah

Makkah sebagai tempat utama yang di tuju oleh para jama’ah apabila mengambil umroh full selama bulan puasa akan memiliki porsi lebih banyak untuk beribadah di tempat ini dibandingkan madinah yang biasanya rata-rata 3 hari saja.

Perbedaan yang pertama sekali saya lihat antara mekkah dan madinah, orang-orangnya sangat sedikit yang bisa berbahasa indonesia dan saat itu mau tidak mau selama berada di mekkah bahasa yang saya gunakan adalah bahasa inggris pas- pasan hehehe. Namun saat jumpa sama jama’ah dari negara lain yang bisanya hanya berbahasa arab, disitu lah saya jadi merasa sedih karena tidak bisa berbahasa arab, hiks hiks.

Tradisi menjelang berbuka puasa yang ada di madinah lebih kurang sama dengan yang ada di mekkah bedanya kalau di madinah kita bakal ditarik- tarik untuk duduk dan buka puasa bersama dengan mereka maka lain halnya di mekkah. Setelah shalat ashar, para pemuda setempat langsung menggelar semacam plastik panjang di setiap shaf yang ada baik yang dekat dengan pelataran ka’bah maupun yang shaf nya berada di ruangan.

Untuk persiapan buka puasa bagi yang ingin bisa mendapatkan shaf di pelataran atau dekat dengan ka’bah biasanya setelah shalat ashar para jama’ah tidak kembali ke penginapan atau hotel tetapi menunggu sambil membaca Qur’an yang di setiap shaf ada disediakan satu rak kecil yang banyak Al-Qur’an nya. Apabila ingin kembali ke hotel, upayakan untuk berangkat ke Masjidil Haram paling lama 1 jam sebelum waktu berbuka puasa karena jika sampai lewat maka pintu-pintu menuju ke dalam masjid serta shaf-shaf yang ada di pelataran ka’bah akan langsung diberi sekat-sekat oleh para penjaga dan bukan tidak mungkin akan melaksanakan shalat maghrib, shalat isya dan bahkan shalat taraweh di halaman luar Masjidil Haram. Ini pernah beberapa kali saya alami, rasanya sangat lah tidak enak tidak bisa shalat di dalam ataupun di pelataran ka’bah.

Buka Puasa di Mekkah


Umroh Ramadhan Menu Buka Puasa
Menu Buka Puasa

Menu buka puasa selama berada di mekkah lebih banyak kurma dan ini jadi menu wajib bahkan jika beruntung ada yang akan memberikan kurma nabi, waktu itu hanya sekali aja saya dapat merasakan kurma nabi selebihnya jenis kurma seperti yang di gambar. 

Oh ya, itu ada minuman berwarna coklat juga tidak ketinggalan selalu hadir saat buka puasa. Rasanya seperti jahe dan enaknya itu diminum pas lagi hangat. Jangan tanya apakah saya bisa menghabiskan semua kurma yang ada di gambar ya karena itu semua dikasi di letakkan gitu langsung di plastik berwarna hijau.

Hal yang paling unik setelah selesai buka puasa, plastik hijau itu tinggal di gulu dan cup serta tempat kurma tersebut juga cukup letakkan kembali di plastik hijau nanti bakal ada yang gulung dan tempat kita shalat seperti yang terlihat di gambar bagi yang tidak bawa sajadah tidak masalah karena lantainya super bersih.

Soal kebersihan lantai juga sangat luar biasa, setelah shalat maghrib siapa yang di pelataran ka'bah tidak pindah ke lantai atas maka siap-siap aja deh bakal kena air yang ada sabunnya hehehe. Jadi selama saya di sana, begitu siap shalat maghrib kemudia shalat sunat jenazah yang hampir tiap habis shalat fardhu dilakukan, maka para tim pembersih langsung menyiramkan air ke seluruh lantai di pelataran ka'bah agar saat shalat isya nanti, lantainya jadi tetap bersih. Bagi yang bertahan terus, ya palingan basah deh hehehe

Ini ada beberapa gambar luar dan dalam Masjidil Haram yang bisa saya ambil:

Luar Area Masjidil Haram

Halaman Luar Masjidil Haram

Salah Satu Pintu Masuk Masjidil Haram

Toilet dan Tempat Wudhu Pria Berada di Halaman Luar Masjidil Haram

Salah Satu Ruangan Dalam Masjidil Haram

Pelataran Ka'bah


Malam Takbiran yang Berbeda

Sempat berpikir sebelum ke mekkah malam takbiran nanti bakal ada sesuatu yang gimana-gimana ternyata setelah menjalaninya saat malam takbiran yang biasanya di Indonesia ada takbir keliling atau di masjid-masjid mulai sejak abis maghrib langsung mengumandang takbir hingga esok hari maka hal tersebut tidak ada saya jumpai ketika di mekkah.

Tepat di malam terakhir puasa, sehabis shalat isya saya tidak langsung pulang ke hotel karena penasaran juga apakah akan ada takbiran di Masjidil Haram seperti di Indonesia, saya tungguin sampai lama ternyata tidak ada sama sekali. Para jama’ah yang telah selesai menunaikan shalat isya langsung kebanyakan menuju ke ka’bah untuk melakukan tawaf biasa dimana saat melakukan ini tidak harus memakai pakaian ihram karena berdasarkan apa yang di jelaskan oleh ustadz kami waktu itu, sekedar melakukan tawaf biasa bisa menjadi pengganti shalat sunat. Misalkan kita datang ke masjid biasanya shalat sunat tahiyyatul masjid tapi jika di mekkah sebaiknya diganti dengan melakukan tawaf biasa.



Saran Penting dari Saya

Selama melaksanakan umroh bulan ramadhan dua tahun lalu ada banyak pengalaman unik dan tak biasa yang saya alami dan ingin berbagi siapa tahu nanti bagi yang ada kesempatan ke sana dan menjalankan umroh full bulan puasa bisa jadi saran dari saya ini berguna.

Kesehatan

Yup pertama saya akan bahas dari cara kita menjaga kesehatan, tapi bukan berarti saya tidak ada sakit ya selama disana. Saat sampai di madinah kaki saya kambuh sakitnya, jadi dua malam tidak bisa ikut shalat taraweh dan Alhamdulillah malam terakhir saya bisa ikut.

Ada jama’ah yang sampai di madina langsung kena serang penyakit batuk dan flu, nah kalau untuk ini upayakan untuk mengkonsumsi madu dan selalu banyak minum air zam-zam setelah berbuka serta minimal selalu ada buah- buahan di konsumsi. Terkadang ada orang yang rentan sakit langsung dengan perubahan iklim seperti yang kita ketahui bersama kalau disana sangat jarang hujan turun bahkan hampir tidak pernah.

Berteman

Selama berada disana upayakan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan teman sekamar karena apa yang terjadi dengan kita misalkan sakit maka yang pertama sekali bisa membantu adalah teman sekamar jadi anggaplah mereka saudara kita. Seperti halnya kami sewaktu tiba di madinah, ternyata ada seorang jama’ah laki-laki dah berumur kambuh penyakitnya dan kami bisa tahu setelah teman sekamarnya menginformasikan kepada kami. Walau sudah berupaya menolong dan ustadz pembimbing juga sudah berupaya semaksimal mungkin bahkan ada jama’ah dari negara lain ikut bantu tetapi almarhum tetap tidak bisa tertolong.

Namun intinya, karena almarhum menjaga hubungan baik dengan teman sekamarnya mungkin saat kami dari Medan, almarhum sudah jalin komunikasi dengan sesama jama’ah laki-laki jadi pas pembagian kamar bisa jadi teman sekamarnya sudah akrab dengan almarhum dan mungkin sudah mengetahui penyakitnya jadi pas kambuh langsung bergerak cepat menginformasikan kepada ustad pembimbing.

Selain pengalam itu juga, dalam hal bersosialiasi ada juga kejadian unik yang saya alami di madinah dan mekkah biasanya setelah shalat ashar. Seperti yang sudah saya jelaskan, kebanyakan jama’ah biasanya menunggu di dalam masjid begitu pun dengan saya. Saat dengan membaca Qur’an tiba-tiba saya dihampiri laki-laki muda berparas orang arab, tidak tahu juga sih apa benar orang arab asli atau dari negara muslim lainnya dan ini juga sama halnya terjadi saat saya berada di mekkah tepat juga setelah shalat ashar datang laki-laki juga dan mereka biasa mengatakan ini:

Indonesi? Otomatis saya menjawab , iya dengan bahasa Inggris karena lagi-lagi tidak bisa bahasa arab. Langsung mereka membalas dengan bahasa inggris juga dengan mengatakan butuh pertolongan.

Untuk kejadian yang di madinah ceritanya laki-laki tersebut adalah mahasiswa yang sedang belajar di mekkah dan lagi berziarah ke madinah namun mengalami kejadian dompetnya di curi sehingga tidak ada ongkos untuk pulang ke mekkah dan meminta kepada saya uang sebanyak 300 riyal agar bisa naik taksi.

Untuk kejadian yang di mekkah ceritanya laki-laki yang menghampiri saya mengatakan hal yang sama juga bahwa kehilangan uang namun terjadinya saat dia melakukan tawaf yang tanpa disadarinya ternyata uangnya sudah hilang.

Dua kejadian tersebut saya alami sendiri dan untuk yang di mekkah hampir tiap habis shalat ashar saya didatangi orang yang seperti ini dan akhirnya kejadian tersebut saya ceritakan ke ustadz pendamping untuk mengetahui benar apa tidak mereka butuh pertolongan. Namun setelah mendengar penjelasan ustadz pembimbing ternyata hal tersebut merupakan cara yang sering dilakukan kepada jama’ah Indonesia dan Malaysia agar mereka mendapatkan uang. Saya akhirnya menyadari juga, tanpa mereka baca tanda pengenal kami dari wajah saja pastinya sangat jelas terlihat mana orang Indonesia dan Malaysia.

Kebenaran akan apa yang disampaikan oleh ustadz pembimbing tersebut, saya pribadi tidak ingin mengiyakan atau juga mengatakan tidak tapi mungkin bisa jadi tambahan informasi saja apalagi memang saya alami sendiri hampir tiap hari setelah shalat ashar selalu didatangi orang berparas arab meminta bantuan dengan alasan yang sama: uang mereka hilang.

Minum Air Zam Zam

Untuk minum air zam-zam juga ada sedikit saran dari saya, apabila berkesempatan umroh bulan ramdhan maka sebaiknya saat sahur di Masjidil Haram sebaiknya pilih galon air zam-zam yang bertuliskan not cold karena ada dua jenis galon air zam-zam yang disediakan. Untuk yang satu lagi galon air zam zam tanpa ada tulisan not cold maka ini biasanya airnya dingin, jadi kalau sewaktu sahur upayakan untuk tidak minum yang ini jika tidak ingin mengalami kejadian seperti saya.

Ya karena tidak tahu, di awal setiap sahur di masjidil haram langsung biasanya saya minum yang air zam zam tanpa ada tulisan not cold dan hasilnya menjelang adzan jadi sesak untuk buang air kecil. Perlu diketahui, selama berada di dalam masjid tidak ada namanya toilet yang ada tempat untuk berwudhu saja sehingga jika memang ingin BAB maupun buang air kecil harus keluar masjid dimana jaraknya lumayan jauh untuk mencapai toilet. Pengalaman yang tidak mengenakkan lagi, seperti yang telah saya sebutkan di atas, apabila ingin shalat shubuh di dalam masjid maka upayakan untuk masuk 1 jam paling lama sebelum waktunya karena jika tidak bakal di beri sekat di pintu masuk dan shaf-shaf dekat pelataran ka’bah. Alhasil shalat subuh jadinya di luar masjid dan ini saya alami alagi karena salah memilih air zam zam yang harusnya ada bacaan not cold.

Apakah hal ini berlaku bagi semua? Wallahu’alam, apalagi jika melihat orang arab yang sekali minum air zam zam dingin sampai banyak tapi tidak mengalami hal yang sama seperti saya. Bisa jadi karena mereka yakin atau juga karena telah terbiasa.

Yah lebih kurang inilah pengalaman dari saya selama menjalankan umroh ramadhan untuk pertama sekali tepat dua tahun lalu, semoga suatu saat saya bisa kembali lagi ke sana. Aamiin. Terima kasih ya sudah membaca.